Kedainya para scientis

RSS

Bahaya : Membakar Plastik dapat menyebabkan Keracunan dan Kanker

Bahaya : Membakar Plastik dapat menyebabkan Keracunan dan Kanker

Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Jika dibakar, Asap hasil Pembakaran bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gas gas beracun seperti hidrogen sianida (HCN) dan karbon monoksida (CO). sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Hal ini yang menyebabkan sampah plastik sebagai salah satu penyebab pencemaran udara dan menyebabkan gas yang dapat menyebabkan keracunan dan Kanker.
Pembakaran PVC plastik yang mengandung chlorine akan menghasilkan dan zat dioxin yang paling berbahaya. Zat chlorine yang ada dalam plastik sangat bervariasi, jadi kalau plastik dibakar akan terlepas ke udara dan dengan cepat menyatu dengan zat lainnya dan akan menghasilkan dioxin.
Jika terlepas ke udara dioxin dapat bergerak jauh dan jika di air mereka dapat diam pada endapan air, lalu akan mengalir ke hilir dan dimakan oleh ikan. carnivora seperti kita pengandung dioxin terbanyak karena dioxin terkandung dalam lemak. 95% dari dioxin yang kita konsumsi dating dari lemak binatang.
Senyawa ini akan sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Dampaknya antara lain Keracunan, Memicu kanker, Hepatitis, Pembengkakan Hati, Gangguan Sistem Saraf, dan Memicu Depresi.
Sumber : - @infoLengkap / https://twitter.com/infoLengkap


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mati Suri Menurut Fisika Kuantum




Apa yang terjadi ketika seseorang mengalami kondisi hampir mati? Perasaan tenang luar biasa, melihat cahaya terang menyilaukan entah dari mana, jiwa yang terlepas sesaat dari raga, memasuki sebuah dimensi lain, atau berjalan di kegelapan terowongan menuju cahaya di ujungnya. Atau mungkin berkomunikasi dengan roh, yang memintanya kembali ke raganya, untuk hidup kembali.
Pengalaman mati suri (near death experience) memiliki pola yang berbeda untuk setiap orang yang mengalaminya. Juga ragam penjelasan, dari psikologis hingga menurut keyakinan masing-masing. 
Teori baru ditawarkan oleh dua ilmuwan fisika kuantum ternama. Menurut mereka, pengalaman hampir mati terjadi ketika zat yang membentuk jiwa manusia terlepas dan meninggalkan sistem syaraf, memasuki alam semesta. Berdasar pada ide ini, kesadaran (consciousness) sejatinya dianggap sebagai sebuah program komputer kuantum dalam otak, yang bisa tetap bertahan di alam semesta bahkan setelah kematian. Ini menjelaskan persepsi sejumlah orang yang pernah mengalami mati suri. 
Adalah Dr Stuart Hameroff, Profesor Emeritus pada Departemen Anestesi dan Psikologi dan Direktur Pusat Studi Kesadaran University of Arizona, yang mengembangkan teori kuasi-relijius ini. 
Hameroff  seperti dikutip Daily Mail, mendasarkan teorinya pada teori kuantum kesadaran yang ia kembangkan bersama fisikawan Inggris, Sir Roger Penrose yang menyatakan, esensi dari jiwa kita terkandung dalam strukstur yang disebut mikrotubulus (jamak: mikrotubula) yang berada dalam sel-sel otak. Mereka berpendapat, pengalaman kesadaran kita adalah hasil dari efek gravitasi kuantum dalam mikrotubula. Sebuah teori yang mereka sebut sebagai pengaturan pengurangan obyektif (Orch-OR).
Dengan demikian, menurut teori ini, jiwa kita lebih dari sekadar interaksi antar neuron pada otak. Melainkan susunan yang terbangun dari intisari alam semesta, dan mungkin telah ada sejak waktu bermula. Konsep ini agak mirip dengan keyakinan Buddha dan Hindu, bahwa kesadaran adalah bagian integral dari alam semesta. Dan memang mirip dengan filsafat Barat idealis. 
Dengan keyakinan itu, Dr Hameroff menyatakan bahwa saat pengalaman hampir mati terjadi, mikrotubula kehilangan kondisi kuantumnya, namun informasi di dalamnya tak lantas hancur. Sebaliknya, ia hanya meninggalkan raga dan kembali ke alam semesta.
"Katakanlah jantung berhenti berdetak, darah berhenti mengalir, mikrotubulus kehilangan keadaan kuantumnya," kata Dr Hameroff. "Tapi informasi kuantum di dalam mikrotubulus tidak rusak, tak bisa dihancurkan. Hanya didistribusikan dan menghilang ke alam semesta."
Jika pasien tersebut sadar, hidup kembali, informasi kuantum itu juga akan kembali ke mikrotubulus. "Sehingga  pasien bisa berkata, 'aku mengalami pengalaman hampir mati'."
Bagaimana jika pasien itu tak pernah tersadar?
"Jika pasien tak sadar dan akhirnya meninggal dunia. Bisa jadi informasi kuantumnya tetap eksis di luar jasadnya, mungkin tanpa batas, sebagai sebuah ruh."
Namun, teori Orch-OR tesebut mendapat kritik keras dari para pemikir empiris, dan terus menjadi perdebatan kontroversial di kalangan ilmuwan. Fisikawan MIT, Max Tegmark adalah salah satu penentangnya. Ia menerbitkan makalah setebal 2.000 halaman yang mengritik teori tersebut, dan kerap dikutip oleh banyak penentang. Meski demikian, Dr Hameroff yakin, penelitian fisika kuantum akan menvalidasi Orch-Or. Apalagi efek kuantum kini digunakan untuk menjelaskan banyak proses biologis, seperti bau, navigasi burung, dan fotosintesis.

Sumber : http://budakfisika.blogspot.com


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Anomali dalam Hukum Gravitasi

Peristiwanya terjadi pada tahun 1980 saat John Anderson bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan hukum gravitasi? Laboratorium Propulsi mesin jet tempat fisikawan ini bekerja telah mempelajari data dari dua pesawat angkasa Pioneer 10 dan 11 yang telah menerbangi tata surya selama sepuluh tahun.
Pesawat yang seharusnya terbang dengan kecepatan tetap 40.000 kilometer per jam ke ujung tata surya ini malah melambat. Walaupun sudah memperhitungkan kemungkinan gravitasi dari matahari dan planet yang dilalui tetap saja tidak ada jawabannya.

Bagaimana mungkin?
Saat itu Anderson berpikir penjelasannya mudah saja. Mungkin ada kerusakan pada pesawat atau perhitungannya yang salah. Anderson yang pemalu dan jarang berbicara tentu saja tidak mungkin mengadakan konfrensi pers yang menyatakan bahwa pesawat angkasa Amerika tidak menuruti hukum fisika. Anderson yang kini telah berumur 70 tahun hanya bergumam "Mungkin ada sesuatu yang belum saya pahami terjadi".

Selama bertahun-tahun
Walaupun sendirian dan banyak kritik yang bahkan mempertanyakan kemampuan matematikanya, 20 tahun kemudian penelitian Anderson membuahkan hasil. Pada bulan Oktober, Badan Antariksa Eropa merekomendasikan misi khusus ke luar angkasa untuk mencoba apakah penemuan Anderson mungkin dapat membuat buku-buku teks fisika ditulis ulang. Sejumlah ilmuwan bahkan berspekulasi kalau "Anomali pesawat Pioneer" dapat menyibak misteri seperti keberadaan "dark matter" ataupun keberadaan kekuatan antar dimensi yang dikemukakan oleh teori "string".
Tetapi kepada publik kami memilih untuk tidak membesar-besarkan hal ini dahulu, kata Slava G. Turyshev, mantan ilmuwan Rusia yang ikut meneliti anomali ini. Yah apapun yang terjadi Anderson telah memasukkan namanya kedalam sejarah. Gravitasi adalah salah satu kekuatan alam yang sangat banyak dipelajari. Adalah Newton yang pada abad ke-17 mengatakan bahwa setiap benda di alam semesta saling tarik menarik secara proporsional.
Einsten pada tahun 1915 menyempurnakan teori ini dengan mengatakan bahwa benda-benda yang lebih kecil ditarik oleh benda-benda yang lebih besar dengan pengandaian pada trampolin untuk melompat dengan bola bowling.
"Saya mulai mengamati adanya anomali percepatan saat pesawat mendekati Matahari", kata Anderson yang berarti pesawat ini melambat. Anomalinya kecil saja, hanya 8x10 -8 cm/s2 tetapi apabila dikonversi untuk perjalanan setahun menjadi 12.800 kilometer, sebuah kesalahan kecil untuk pesawat yang mampu menempuh perjalanan sejauh 350 juta kilometer itu. Oh ya, anomalinya sepersepuluh milyar lebih lemah dari gravitasi Bumi.
Kini setelah 20 tahun pesawat ini meluncur, kesalahannya sudah mencapai 400.000 kilometer yang berarti sejarak Bumi ke Bulan. Saat pertama kalinya fenomena ini teramati, Anderson mengira bahwa radiasi dan hawa panas Matahari-lah penyebabnya, atau mungkin juga kesalahan mekanis di pesawat. Tertuduh utama adalah kebocoran gas yang diikuti oleh pelepasan energi dari generator. Tetapi sepertinya tidak mungkin.
"Dia masih menggaruk kepalanya" saat pertemuan di Los Alamos tahun 1994 saat pembicara, Michael Martin Nieto bertanya pada acara update fisika tahunan, "Apakah ada lagi yang mau menambahkan?"
"Yah, saya ada masalah dengan pesawat Pioneer", kata Anderson.
"Saya hampir jatuh dari kursi", kata Nieto.
Saat itulah Anomali pesawat Pioneer diperdengarkan dan ikut menarik beberapa ilmuwan muda untuk menelitinya. Pesawat Pioneer 10 terakhir kalinya mengontak Bumi pada Januari 2003.

sumber : fisika asyik


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sering Begadang Mempercepat Kematian


Sering Begadang Mempercepat Kematian
Begadang merupakan kegiatan yang pernah dilakukan oleh semua mahasiswa. Banyak sekali kegiatan yang menjadikan mahasiswa harus begadang. Contohnya saja dalam membuat tugas yang diberikan dosen, dan kadang kadang mahasiswa harus belajar sampai larut malam karena akan ada ujian di keesokkan harinya.
Namun, ada beberapa mahasiswa yang sering begadang melakukan kegiatan yag tidak bermanfaat seperti online di jejaring social, nonton film, bermain games online, dan kegiatan yang tidak ada manfaat lainnya. Sehingga mahasiswa sering menjadikan begadang merupakan suatu kebiasaan. Begadang adalah tidur larut malam atau melewati jam normal. Faktanya begadang sangat tidak bagus bagi kesehatan tubuh kita, karena banyak sekali dampak negative dari kegiatan begadang.
Berikut ini beberapa dampak buruk begadang bagi tubuh dan kesehatan
DAMPAK BEGADANG BAGI TUBUH
1.      SAKIT KEPALA
Ini adalah salah satu akibat dari kurang tidur akibat banyak begadang. sedikit demi sedikit bagian sel otak akan mengalami masalah karena kurang istirahat. Selain itu, sebuah penelitian juga mengungkap bahwa kurang tidur memiliki efek seperti benturan pada kepala.
Penelitian di Uppsala University, Swedia, menemukan bahwa orang-orang yang sering terjaga semalam suntuk memiliki kondisi otak seperti orang yang habis mengalami cedera kepala. Profesor Christian Benedict dari Uppsala University mengatakan, saat tidur, otak membersihkan diri dari zat beracun.Namun pada mereka yang begadang, otak susah membersihkan diri. Karena itu, kandungan zat NSE (neuron-specific enolase) dan S-100B (S100 calcium binding protein B) dalam darah meningkat.
Pada dasarnya, dua zat ini tak beracun. Keduanya adalah protein yang ditemukan dalam sel-sel dari sistem saraf pusat. Dua zat ini lazim ditemukan pada mereka yang saraf otaknya rusak akibat cedera kepala. Akibat peningkatan kandungan dua zat ini dalam otak, jaringan otak menghilang.”Otak mereka memang tak persis seperti korban cedera kepala, namun kadar dua zat ini sudah signifikan,” ujar Profesor Christian, Selasa, 31 Desember 2013. Dua zat ini biasanya meningkat dalam darah dalam kondisi kerusakan otak. “Kurang tidur dapat meningkatkan proses neurode generative. Tidur malam mungkin penting untuk menjaga kesehatan otak,” katanya
2.      MUDAH LUPA
Pada tahun 2009, peneliti dari Amerika dan Perancis menemukkan bahwa peristiwa otak yang disebut sharp wave ripples bertanggung jawab menguatkan memori pada otak. Peristiwa ini juga mentransfer informasi dari hipokampus ke neokorteks di otak, dimana kenangan jangka panjang disimpan. Sharp wave ripples kebanyakan terjadi pada saat tidur.
Orang yang sering begadang atau kurang tidur kinerja otak yanh disebut sharp wave ripples tidak maksmimal sehingga menyebabkan seseorang memorinya menurun dan mudah lupa
3.      SULIT BEKONSENTRASI
Tidur yang baik memainkan peran penting dalam berpikir dan belajar. Kurang tidur dapat mempengaruhi banyak hal.Menurut Sean Drummond PhD, peneliti masalah tidur dari University of California, San Diego, orang yang sedang capek biasanya lebih mudah mengambil risiko dengan harapan mendapat hasil maksimal. Padahal, hal itu justru sering membuat rencana berantakan. Dalam kasus yang biasa terjadi pada mahasiswa. Harus begadang menyiapkan bahan untuk presentasi besok jam 7 pagi. Setalah bahan presentasi diselesaikan, pada saat presentasi, semua ide pikiran lupa untuk dituangkan. Itu dikarenakan otak kita udah lelah dan tidak mampu untuk berpikir lagi. Sehingga menyebabkan konsentrasi menurun.
4.      CEROBOH
Para ahli mengungkapkan, kurang tidur akan membuat kemampuan motorik kita melambat dan kurang gesit. Akibatnya, kita jadi sering gugup, menabrak atau menumpahkan sesuatu. Hal itu disebabkan refleks kita berkurang dan otak kita kurang fokus sehingga kita jadi terlihat seperti orang ceroboh.
DAMPAK BEGADANG BAGI KESEHATAN
1.       OBESITAS
Sulit tidur memiliki efek negatif pada berat tubuh . Kurang tidur berdampak negatif terhadap kadar hormon dalam tubuh. Secara khusus, hormon leptin dan ghrelin, yang memainkan peran penting dalam kelaparan dan nafsu makan, dapat menjadi tidak seimbang. Ghrelin merangsang tubuh untuk makan, sedangkan leptin memainkan peran dalam menceritakan kepada tubuh bahwa tubuh sudah kenyang. Menurut situs Sleep Deprivation, kurang tidur menyebabkan tingkat ghrelin meningkat dan tingkat leptin menurun, yang sering mengakibatkan makan berlebihan dan kenaikan berat badan.
2.      DIABETES
Gula adalah bahan bakar setiap sel dalam tubuh . Jika proses pengolahannya terganggu bisa menyebabkan efek buruk. Dalam penelitian yang dilakukan Universitas Chicago, AS, yang meneliti sejumlah orang selama 6 hari, mendapatkan kondisi ini bisa mengembangkan resistansi terhadap insulin, yakni hormon yang membantu mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel. Mereka yang tidur kurang dari 6 jam per malam dalam penelitian 6 hari ini menemukan, terjadi proses metabolisme gula yang tidak semestinya. Akibatnya bisa menyebabkan timbulnya diabetes.
3.      GANGGUAN PENCERNAAN
Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menyebutkan bahwa kala malam, kadar asam lambung meningkat. Ini diperparah dengan makanan dan minuman teman begadang. Beliau menyarankan untuk tidak makan makanan berlemak. Pasalnya, makanan berlemak membuat kerja lambung semakin berat dan lambat.
4.      GANGGUAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Sistem kekebalan tubuh Anda memerlukan jumlah tidur yang cukup untuk dapat berfungsi dengan baik. Bahan kimia tertentu dalam tubuh yang mempromosikan tidur juga berfungsi untuk mengatur sel sistem kekebalan. Sel pembunuh alami (natural killer cell atau sel NK) mengalami depresi selama periode kurang tidur, menurut sebuah penelitian ‘FASEB Journal’, yang telah dipublikasikan resmi oleh Federation of American Societies for Experimental Biology. Sel NK memainkan peran penting dalam pertahanan awal terhadap infeksi bakteri dan virus serta penolakan terhadap sel tumor. Sitokin, molekul sel sinyal yang diproduksi oleh sel-sel saraf dan sistem kekebalan tubuh, juga terpengaruh oleh kurang tidur, menyebabkan perubahan respon sistem kekebalan tubuh serta peningkatan molekul pro-inflamasi yang dapat merusak tubuh.
5.      MENINGKATKAN RESIKO KEMATIAN
Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti Inggris menemukkan bagaimana pola tidur mempengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor, bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
(Sumber : Tania Dian Putri)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Antimateri : Sang Partikel Tuhan?


Partikel antimateri adalah partikel sub-atom dengan sifat berlawanan dari partikel materi normal. Sebagai contoh, positron adalah setara dengan antipartikel dari elektron dan memiliki muatan positif. Ketika partikel dan antipartikel atau materi dengan antimateri bertemu, mereka musnah dan melepaskan sejumlah besar energi menurut persamaan terkenal Einstein E = mc2, di mana E sama dengan energi, m sama dengan massa, dan c adalah kecepatan cahaya.


Partikel antimateri dibuat dengan alat yang disebut Ultra High-speed Collisions. Dulu, pada saat-saat pertama setelah Big Bang, yang ada hanya energi. Ketika alam semesta mendingin, partikel materi dan antimateri terbentuk dalam jumlah yang sama.
Namun antimateri tidak didapati di alam semesta sekarang. Para ilmuwan tidak yakin mengapa. Satu teori mengatakan bahwa materi tercipta lebih awal daripada antimateri, sehingga setelah keduanya bertemu dan saling menghancurkan, yang tersisa adalah materi yang kemudian membentuk bintang-bintang, galaksi, dan bumi.
Fenomena antimateri pertama kali diprediksi pada tahun 1928 oleh fisikawan Inggris, Paul Dirac. Dialah yang pertama kali mengusulkan keberadaan antimateri ketika ia membuat turunan persamaan yang menjelaskan interaksi sebuah elektron dengan muatan negatif dan elektron dengan muatanan positif – itulah antipartikel. Prediksi tersebut kemudian dikonfirmasi dengan percobaan pada tahun 1932 oleh fisikawan Amerika Carl Anderson.

Angel and Demons
Dalam novel karya Dan Brown yang berjudul "Angels and Demons," sebuah masyarakat rahasia mencoba untuk menghancurkan Vatikan dengan menggunakan bom antimateri. Bom tersebut mampu bekerja dengan mempertemukan hanya 1 gram materi dengan 1 gram antimateri! Pertemuan ini mampu menimbulkan ledakan yang luar biasa hebat!



Jika Anda pernah membaca novel yang sudah diangkat ke layar lebar itu, Anda mungkin merasa lebih heran lagi bahwa fisikawan CERN di Swiss telah mampu menciptakan antimateri, dan mempertahankannya selama sekitar 16 menit! Bagaimana jika antimateri yang mereka buat kontak dengan materi lain? Apakah saling menghancurkan dan menjadi energi murni yang mampu menghancurkan dunia?
Tidak, kata Clara Moskowitz seorang fisikawan, penulis senior untuk SPACE.com. Memang benar bahwa ketika materi dan antimateri bertemu, mereka musnah dalam sebuah ledakan besar dan mengkonversi massa mereka menjadi energi. Tetapi dalam sejarah dunia, sampai saat ini kita hanya mampu menciptakan antimateri dalam jumlah yang sangat kecil. Diperlukan sejumlah besar antimateri untuk menghancurkan dunia. Dan itu pekerjaan yang tidak mungkin!

sumber : www.praktikumbiologi.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Hasilkan Sejumlah Besar Emisi Karbon Dioksida

Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Hasilkan Sejumlah Besar Emisi Karbon Dioksida


Pengembangan produksi kelapa sawit di pulau Kalimantan telah mengakibatkan kerusakan hutan dan pelepasan emisi karbon dioksida secara besar-besaran, demikian hasil studi di bawah pimpinan para peneliti dari Universitas Stanford dan Universitas Yale.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change ini menunjukkan bahwa pengundulan hutan untuk pengembangan kelapa sawit di Kalimantan, Indonesia, menjadi sumber emisi karbon dioksida global yang signifikan.
Ekspansi perkebunan kelapa sawit diperkirakan akan menyumbang lebih dari 558 juta metrik ton karbon dioksida ke atmosfir di tahun 2020 — jumlah yang lebih besar dari keseluruhan emisi bahan bakar fosil di Kanada belakangan ini.
Indonesia merupakan penghasil utama minyak kelapa sawit, yang secara bersamaan menempati 30 persen penggunaan minyak nabati di seluruh dunia, dan yang juga bisa digunakan untuk biodiesel. Sebagian besar pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikerjakan di pulau Kalimantan, yang luas areanya hampir menyamai luas penggabungan Kalifornia dan Florida di Amerika Serikat.
Di tahun 2010 sendiri, pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Kalimantan sudah melepas lebih dari 140 juta metrik ton karbon dioksida — jumlah yang setara dengan emisi tahuan dari 28 juta unit mobil.
Sebagai rumah bagi hutan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia juga merupakan salah satu negara terbesar di dunia yang menyumbang gas rumah kaca akibat dari hilangnya hutan-hutan kaya karbon dan lahan gambut. Sejak tahun 1990, pengembangan perkebunan kelapa sawit telah membabat hutan seluas 16.000 kilometer persegi di Kalimantan — kira-kira sama luasnya dengan Hawaii. Hal ini mengakibatkan hilangnya 60 persen dari total hutan di Kalimantan pada waktu itu, catat para penulis studi.
“Meskipun masih berlangsung perdebatan dalam hal penjadwalan jenis dan penggunaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, sektor ini justru berkembang pesat selama 20 tahun terakhir,” kata pemimpin proyek Lisa M. Curran, seorang profesor antropologi ekologi di Stanford dan rekan senior di Institut Lingkungan Stanford Woods. Dengan menggabungkan pengukuran lapangan dengan analisis citra satelit beresolusi tinggi, studi ini mengevaluasi lahan-lahan yang ditargetkan untuk menjadi perkebunan serta mendokumentasikan emisi karbonnya ketika dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Para peneliti studi membuat peta komprehensif pertama dari ekspansi perkebunan kelapa sawit yang berlangsung dari tahun 1990 hingga 2010. Dengan menggunakan teknologi klasifikasi mutakhir, yang dikembangkan oleh rekan penulis studi Gregory Asner dari Departemen Ekologi Global Institut Carnegie, para peneliti menghitung jenis-jenis lahan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit, sekaligus emisi karbon dan penyerapan dari perkebunan kelapa sawit.
“Sebuah terobosan besar terjadi saat kami mampu membedakan bukan hanya lahan hutan dan non-hutan, tetapi juga hutan yang ditebangi, beserta mosaik berbagai ladang, pohon karet, kebun buah-buahan dan hutan sekunder dewasa yang digunakan petani kecil untuk mata pencaharian mereka,” kata Kimberly Carlson, seorang mahasiswa doktor Yale dan penulis utama dalam studi ini. “Dengan informasi ini, kami mampu mengembangkan pembukuan karbon yang kuat dalam rangka mengukur emisi karbon dari pengembangan kelapa sawit.”
Tim peneliti mengumpulkan catatan-catatan kontrak sewa lahan kelapa sawit selama wawancara dengan lembaga-lembaga pemerintah lokal dan regional. Catatan-catatan ini mengidentifikasi lokasi yang telah menerima persetujuan dan dialokasikan kepada perusahaan kelapa sawit. Total kontrak sewa yang sudah dialokasikan membentang sekitar 120.000 kilometer persegi, luas yang sedikit lebih kecil dari Yunani. Sebagian besar kontrak sewa lahan dalam studi ini menempati lebih dari 100 kilometer persegi, luas yang sedikit lebih besar dari Manhattan.
Dengan menggunakan kontak sewa ini, yang dikombinasi dengan peta-peta lahannya, tim riset mengestimasi pembukaan lahan di masa depan dan emisi karbon dari perkebunan. Delapan puluh persen kontrak sewa lahan tetap tidak ditanami di tahun 2010. Jika lahan-lahan kontak ini dikembangkan, maka lebih dari sepertiga dataran rendah di Kalimantan akan ditanami kelapa sawit di tahun 2020.
Meskipun ini merupakan jumlah yang sangat besar, informasi yang akurat tentang kontrak sewa lahan ini tidak tersedia bagi masyarakat, bahkan di saat kontrak sewa sudah dihibahkan. Rata-rata warga di Kalimatan kurang peduli pada pengembangan perkebunan lokal kelapa sawit, yang bisa menimbulkan dampak dramatis bagi kehidupan warga serta lingkungan, kata Curran.
“Kontrak sewa lahan perkebunan ini merupakan sebuah ‘eksperimen berskala besar’ yang belum pernah dilakukan sebelumnya terhadap konversi hutan dengan monokultur kelapa eksotis,” kata Curran. “Kita mungkin melihat titik kritis dalam konversi hutan di mana fungsi-fungsi biofisik yang penting telah terganggu, meninggalkan kawasan yang semakin rentan terhadap kekeringan, kebakaran dan banjir.”
Digabung dengan hasil sebelumnya dari studi tingkat kabupaten yang lebih rinci, yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti menekankan bahwa produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan – suatu tujuan nasional dari industri minyak sawit Indonesia — akan memerlukan evaluasi ulang terhadap pemberian kontrak sewa lahan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di atas lahan hutan.
Studi bertajuk “Carbon Emissions from Forest Conversion by Kalimantan Oil Palm Plantations” ini didukung oleh NASA Land Cover/Land-Use Change program, John D. dan Yayasan Catherine T. MacArthur, Institut Santa Fe dan National Science Foundation.

Sumber: Kimberly M. Carlson, Lisa M. Curran, Gregory P. Asner, Alice McDonald Pittman, Simon N. Trigg, J. Marion Adeney. Carbon emissions from forest conversion by Kalimantan oil palm plantations.Nature Climate Change, 2012; DOI: 10.1038/nclimate1702


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keajaiban Siklus matahari

Keajaiban Siklus Matahari


MATAHARI dalam perjalanan evolusinya sebagai sebuah bintang menunjukkan sifat-sifat dinamis, baik di lapisan luar (fotosfer, kromosfer, korona) maupun lapisan dalam. Salah satu keajaiban perilaku evolusi matahari adalah fenomena siklus aktivitas 11 tahun.
Siklus merupakan perulangan peristiwa yang biasa terjadi di alam. Siang berganti malam, akibat rotasi bumi pada porosnya. Musim silih berganti akibat kemiringan poros rotasi bumi terhadap bidang orbitnya mengitari matahari (ekuator bumi membentuk sudut 23,5 derajat terhadap bidang ekliptika). Dan matahari ternyata juga memiliki siklus aktivitas.
Berbagai perioda siklus matahari telah diidentifikasi, baik dalam jangka puluhan maupun ratusan tahun. Salah satu yang mudah diamati adalah siklus aktivitas 11 tahun. Fenomena ini bahkan sudah diketahui oleh para pengamat matahari sejak abad ke-17, mengingat metoda yang digunakan sangatlah sederhana, yaitu menghitung jumlah bintik secara rutin setiap hari.
Adalah seorang Galileo Galilei yang membuat terobosan besar dalam sejarah pengamatan astronomi. Setelah merampungkan teleskop buatan sendiri tahun 1610, salah satu benda langit yang menjadi sasaran adalah matahari. Ia takjub lantaran permukaan matahari dihiasi bintik-bintik hitam secara acak dan berkelompok. Bila diamati dari hari ke hari ternyata jumlah bintik dalam suatu kelompok berubah, demikian pula jumlah kelompok bintik secara keseluruhan.
Sayangnya, Galileo tidak melakukan observasi setiap hari dalam kurun waktu panjang. Karena itu ia bukanlah penemu salah satu misteri akbar yang menjadi bagian dari evolusi Matahari, yaitu pemunculan bintik mengikuti suatu pola tertentu atau siklus. Entah secara kebetulan, dalam kurun waktu tahun 1645 - 1715, pemunculan bintik sangat sedikit. Rentang waktu matahari dalam kondisi 'tidak aktif' ini disebut sebagai Mauder Minimum. Hal ini pula yang mungkin menyebabkan fenomena siklus aktivitas matahari tidak diketahui sebelum tahun 1715.
Satu hal yang menarik, aktivitas matahari minimum itu ternyata menyebabkan suhu seluruh muka bumi sangat dingin sepanjang tahun. Sungai di kawasan lintang rendah yang biasanya tidak membeku pun jadi beku, dan salju menutupi di berbagai belahan dunia. Tak berlebihan bila masa itu disebut Little Ice Age. Ada bukti-bukti abad es ini pernah terjadi jauh di masa lampau. Akankah bumi mengalami abad es kembali di masa yang akan datang? Pemahaman perilaku siklus matahari diharapkan dapat menjawab teka-teki ini.
Siklus Matahari
Pengamatan matahari secara sistematis mulai dilakukan di Observatorium Zurich tahun 1749, atau lebih dari seabad setelah pengamatan Galileo. Selama berpuluh-puluh tahun observatorium ini menjadi pelopor dalam pengamatan Matahari. Dari ketekunan dan jerih payah selama puluhan tahun ini, akhirnya terungkap pemunculan bintik mengikuti suatu siklus dengan perioda sekira 11 tahun.
Meski fenomena itu sudah diketahui ratusan tahun silam, perilaku atau sifat-sifat siklus aktivitas matahari 11 tahun masih merupakan topik penelitian yang relevan dilakukan oleh para peneliti pada saat ini. Entah dalam upaya untuk memahami fisika matahari maupun mengaji pengaruhnya bagi lingkungan tata surya. Khususnya, pengaruh aktivitas itu terhadap lingkungan bumi, yang lebih pupuler dengan sebutan cuaca antariksa (space weather).
Satu abad kemudian, yaitu tahun 1849, observatorium lainnya (Royal Greenwich Observatory, Inggris) memulai pengamatan Matahari secara rutin. Dengan demikian, data dari kedua observatorium tersebut saling melengkapi. Ada kalanya sebuah observatorium tidak mungkin melakukan pengamatan karena kondisi cuaca ataupun teleskop dalam perawatan.
Siklus 11 tahun aktivitas matahari merupakan suatu keajaiban alam. Bagaimana sebenarnya proses pembangkitan siklus 11 tahun itu, hingga kini masih menjadi topik penelitian menarik bagi para ahli. Dari berbagai studi yang telah dilakukan, terungkap pembangkitan siklus itu berkaitan dengan proses internal matahari. Terjadi pada suatu lapisan di bawah fotosfer yang disebut lapisan konvektif.
Lapisan konvektif mempunyai ketebalan sekira 30 dari jari-jari matahari. Namun, lapisan ini memunyai peranan penting dalam proses penjalaran energi yang dibangkitkan oleh inti matahari sebelum dipancarkan keluar dari fotosfer. Di antara inti dan lapisan konvektif terdapat lapisan radiatif.
Satu-satunya teori yang bisa menjelaskan fenomena siklus 11 tahun secara tepat adalah teori "Dinamo Matahari" (Solar Dynamo). Seorang pakar bidang ini, Prof. Hirokazu Yoshimura dari Departemen Astronomi, Universitas Tokyo, telah melakukan studi intensif proses dinamo matahari melalui simulasi 3D menggunakan komputer. Begitu ketatnya menjaga kerahasiaan penelitian yang tengah dilakukan, laboratorium tempat ia bekerja senantiasa tertutup rapat. Salah seorang staf Matahari Watukosek-LAPAN, Maspul Aini Kambry, boleh jadi satu-satunya orang Indonesia yang sering berdiskusi di dalam laboratoriumnya ketika ia mengambil program doktor.
Melalui kerja sama penelitian, mereka berhasil membuktikan adanya siklus 55 tahun (55 years grand cycle) berdasarkan hasil simulasi dinamo matahari, yang dikonfirmasi melalui analisis observasi bintik menggunakan data dari National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ). Penemuan yang dituangkan dalam tesis doktor M.A. Kambry, sempat diekspos salah satu koran terkemuka Jepang, Yomiuri Shimbun, setelah dipresentasikan dalam suatu simposium astronomi (tenmon gakkai) di Jepang, 13 tahun silam.


Sumber : http://www.forumsains.com/artikel/keajaiban-siklus-matahari/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS